Data Scientist Instant!

Data Scientist Instant!

Saya sebenernya mau post tulisan ini sejak lama tapi lupa terus, nah barusan saya lihat tulisannya mas Taufik Sutanto tentang “Data Science bukan Mie Instant” jadi tergelitik untuk post, siapa tau bermanfaat.

Gambar di atas ini adalah screenshoot akun Kaggle saya, kalau pas ada waktu luang biasanya saya nyobain ikut kompetisi di Kaggle, iseng-iseng berhadiah lah. Apakah ini bener-bener berguna?

Begini, saya mau cerita dulu, dulu habis saya lulus S2 dari Chonnam, tiba-tiba teman satu lab saya nawarin untuk kerja di tempat dia, salah satu perusahaan multinasional pusatnya di Western Cape, South Africa, kerjanya remote jadi backend engineer python. Saya menyanggupinya dan akhirnya sama dia saya dikenalkan ke bosnya. Pertanyaanya, apakah mereka minta ijazah master saya? tidak sama sekali, yang mereka minta bahkan juga bukan CV, melainkan link profil Github.

Beruntungnya saya sering iseng-iseng klo ngerjain proyek kecil2an, sy push di github jadi publik repo, sapa tau orang lain tertarik atau mungkin bisa manfaat buat orang. Nah sama pak bosnya ini tinggal di check aja github saya, terus diminta skype, ngobrol tentang codingan saya di Github.

Nah, saya kan mau switch karir nih dari yg sebelumnya di software, mau jadi data scientist lah, makanya nyoba ambil S3 biar analytical thinkingnya terasah. Oleh karenanya diwaktu luang saya coba bangun portofolio, klo software engineer ya portonya Github, klo data scientist ya tentu Kaggle.

Jujur pingin ikut kompetisi yang seriusan, dulu pernah ikut kompetisi Shopee cuman ya tentu waktu sy sudah tdk flexible lah. Akhirnya ya klo ada waktu luang aja nyobain kompetisi di Kaggle, krn range nya kan biasanya cukup lama ada yg 1 bulan bahkan.
Jujur, sayapun di Kaggle kadang gak sempet coding from scratch, yang saya lakuin biasanya lihat codingan orang yang sudah disubmit disitu, saya coba lihat-lihat, misal ini kyaknya ada yg kurang, harusnya fitur ini jangan dipake, atau misal ganti parameternya, dsb, nah ternyata beberapa bisa tuh accuracynya lebih bagus, dan so far dapet 2 medali hehehe ay walaupun belum pernah juara dan dpt uang sih hehe.

Jadi sharing saya bagi teman-teman yang pingin terjun ke data scientist, serius Kaggle ini sangat-sangat berguna. So far dengan porto ini saya dapat beberapa proyek data science freelance kok.
Satu lagi, menyambung tulisan mas Taufik tadi, gak ada yang instant woy, dan itu bener. Banyak orang bilang, Mau jadi programmer gak harus punya basic IT ya, itu betul, tp nanti biasanya akan kelihatan, ketika nanti udah mulai nyampe ttg struktur data, kenapa kamu pakai list, kenapa gak pakai set, kenapa pake nested loop? ini kan O(n2), kenapa gak gini.

Ada yg bilang ikut bootcamp 10 hari udah bisa jadi data scientist kok, klo menurut saya tidak lah, itu mungkin hanya pengenalan, nanti ketahuan kok. Saya pernah kerja bareng anak bootcamp data science, sebelumnya backgroundnya programmer, secara coding ok lah. Cuman ketika nyampe di satu persoalan misalnya, ada missing values, dan itu missingnya banyak di datasetnya. Tiba-tiba dia mau filling missing values, dan dia pakai mean, jadi data NaN bakal di ganti sama mean dari tiap column. Saya tanya ke dia, kenapa pakai approach itu? kamu sudah check belum distribusi datanya, yakin dia normal, klopun normal yakin pakau approch itu? gimana klo distribusinya skewed? Dia ndak bisa njawab.

Jadi intinya, proses itu penting, dan bagi yang maujalan ke arah sana (data scientist), saya sangat merekomendasikan Kaggle!
Silahkan kalau mau follow Kaggle saya
https://www.kaggle.com/rischan

Salam dari Brisbane,
Rischan

COVID-19 Community Mobility Reports – Australia dan Indonesia

Kemarin dapat email dari supervisor, dia minta saya test visualization recommendationnya pakai data dari Google Community Mobility, datanya di sini https://www.google.com/covid19/mobility/ (Data dari Februari 2020 – Sept 2020 tgl 13). Data ini dari Google diambil dari Google Map trajectory orang-orang. Tapi data sudah dalam bentuk aggregate. Bisa di check langsung di website tersebut.

Di dalamnya ada data global dan per regional, kalau pakai data yang Global lumayan gede, intinya udah saya kirim laporannya ke supervisor lah kemarin.

Btw, karena saya lihat-lihat data ini, saya jadi penasaran membandingkan antara beberapa states di Australia, misalnya Queensland (state yang saya tempati) vs Victoria yang kasus covidnya masih marak.

Saya juga kepikiran lihat Mobility data kota Jakarta, Bali, Jawa Timur misalnya.

Nah ini Hasilnya, saya tampilin hasil dari Queensland, Victoria, dan Jakarta.

Untuk hasil lain beserta codenya bisa dilihat langsung di Kaggle saya (Data saya rata-rata ya ini):

Australia: https://www.kaggle.com/rischan/australia-covid19-google-mobility-report/

Indonesia: https://www.kaggle.com/rischan/indonesia-covid19-google-mobility-report/

Bagi yang tidak familier dengan code, bisa langsung lihat di section output.

Kalau dilihat dari hasilnya, Jakarta mirip sama Victoria. Beda banget sama Queensland. Kalau di Queensland mulai bulan July orang-orang sudah banyak banget yang main di Park (bar warna hijau), tentu ini karena memang kasus covid di Queensland sangat sedikit, jadi serkarang saja kami di sini sudah sering ke Park. Beda banget sama di Victoria yang sampai sekarang masih banyak kasus covidnya.

Dari gambar di atas kita juga bisa tau orang Jakarta stay at home paling banyak di bulan April dan Mei, habis itu makin turun. Ini data bulan september hanya sampai tanggal 13.

Terus data ini gunanya apa?

Kalau di check di data tersebut, data tersebut mencakup semua provinsi di Indonesia. Jadi ketika pemerintah tahu jumlah kasus covid di setiap provinsi dan dengan melihat data ini, pemerintah jadi tahu mayoritas orang kumpulnya dimana per bulan atau mungkin bisa check per minggu. Insight itu mungkin bisa membantu pemangku kebijakan untuk memberlakukan kebijakan yang terbaik dan paling cocok.

Menjadi Tutor atau Teaching Assistant di Kampus Australia

Hari ini adalah hari terakhir saya Nutor di semester ini. Saya nutor matkul Database Principles (INFS7901) di UQ untuk anak-anak master.

Semester ini kami hanya dua kali bisa tatap muka kalau tidak salah di akhir February, kemudian setelah itu semua sudah online due to #covid19

Nutor yang isinya semua praktek begini kalau online itu ternyata ribetnya minta ampun. Tapi untungnya Zoom punya banyak sekali fitur. Salah satu fitur yang saya sukai dan yang cukup serem adalah remote screen. Jadi klo ada student yang bermasalah dan cukup ribet, kadang daripada saya memandu, saya minta akses saja ke laptop dia klo dia tidak keberatan, terus saya ketikkin deh codingnya.

Yang jadi tantangan tersendiri adalah rekaman wkwkwk. Kadang tidak semua student bisa hadir di jam nutur saya, jadi mereka minta rekordingnya. Terlepas dari mereka beneran bakal nonton apa gak, cuman kadang saya jadi kikuk rasanya.

Tapi ya gimana lagi, ya udah biasanya saya record to Cloud, habis nanti rekaman udah jadi, akan dikirimi notif sama zoom. Habis itu post deh link rekaman sesi nutor saya ke Piazza (Semacam kayak online class room gitu lah).

Kadang kalau saya lagi selo, saya coba lihat rekaman saya. Terus senyum-senyum sendiri sambil mbathinn, … Lha iya ya itu anak-anak master pada kuliah jauh-jauh ke Australi (read: International students), eh nyampe sini dengerin penjalasan dari orang yang ngomongnya English Jawi, udah gitu Jawinya medouk lagi wkwk :V

Terus saya iseng nyalahin audio transcript bawaan zoom, ah ternyata not bad lah. Zoom aja ngerti masak mereka gak ngerti wkkw #menghiburDiri

Ya beginilah situasi dan kondisi mahasiswa PhD, ya namanya juga udah nambah anggota keluarga, jadi butuh sabetan juga lah wkwkw.

Cape ya pasti cape, masa kerja gak cape. Jadi responsibilitynya gak cuman pas jam ngajar doang, tapi juga kita harus njawabin dan ngebantu student kalau ada masalah di group Piazza. Udah gitu yang paling berat di marking. Ya disini gak ada yang namanya pilihan ganda, jadi semua pasti essay udah gitu project dan examnya cukup berat sih. Lha saya yang tutor saja merasa berat apalagi yang njalanin sebagai mahasiswa ya hehe.

Tapi semua capek itu biasanya akan ilang ketika kita dapat positive feedback dari student. Salah satu contonya begini. Ini kemaren karena sudah pekan-pekan akhir. Jadi students diminta untuk isi survey terkit dengan performa dari tutornya. Jelas nama akan dirahasiakan, tapi banyak juga students yang pada kirim email setelah ngisi survey. Contoh emailnya begini:

Alhamdulillah, klo bisa ngebantu mereka jadi lebih paham hehe

Semoga semester depan bisa nutor lagi lah, ya walau course coordinator yang saya tutorin semester ini gak ngajar smt depan. Tetep optimis lah #curhat

Okelah, salam dari pinggir kali #Brisbane

Beasiswa S2/S3 bidang Data Science di Korea Selatan

Salam sahabat semuanya..

Datalab Pusan National University memberikan kesempatan untuk temen-teman yang ingin melanjutkan pendidikan S2 dan atau S3 di bidang AI dan data science di Korea Selatan.

Keterangan lebih lengkap sila lihat di poster berikut ini:

Jika ingin info lebih lanjut, bisa cek tautan berikut:

Info lebih lanjut tentang lab ini (in English) bisa dibaca di sini.

Situs lab: http://datalab.pusan.ac.kr/

Situs pembimbing/supervisor: sites.google.com/site/joonhokwon

Di lab ini ada beberapa orang Indonesia, bila ingin bertanya lebih lanjut (Bahasa Indonesia), bisa kirim ke hani042@pusan.ac.kr . Facebook Hani Ramadhan https://www.facebook.com/hani.ramadhan.1

Terima kasih

Tulisan-tulisan saya terkait Beasiswa disini:

Kursus Online Gratis, Berkualitas, dan Bersertifikat

Sebelumnya saya pernah posting tentang Kursus Gratis di tengah pandemi Covid19 dari Coursera, tulisan ini sebenernya lanjutan dari tulisan tersebut.

Di tulisan ini saya mau ngomongin soal course Data Engineering with Google Cloud Professional Certificate!

Berawal dari digratiskannya beberapa courses berbayar di coursera karena covid19, saya antusias untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Awal bulan Mei teman saya ngasih info kalau ada promo di course Data Engineering with Google Cloud Professional Certificate. Coursera sebenernya selalu ngasih free trial 1 minggu untuk semua courses yang berbayar, nah promonya ini adalah 1 bulan trial. Saya langsung antusias dan saya optimis bisa menyelesaikan course ini kurang dari 1 bulan jadi nanti gak perlu bayar lah wkwkw. Untuk enroll memang harus masukin kartu kredit. Baru akan kena charge bila lebih dari 1 bulan belum selesai (ini karena saya dapat promo 1 bulan ya). Jika trial 1 minggu dan tidak di cancel ya setelah 1 minggu bisa kena charge. Untuk masa trial bisa dicancel kapanpun, dan gak akan kena charge klo ngecancel.

FYI: link promonya untuk course data engineer itu ada di sini https://www.coursera.org/promo/dataEngineer tapi sekarang sudah tidak bisa. Untuk lihat promo courses lainnya bisa akses link ini https://www.coursera.org/promo/free-courses-college-students.

Baiklah saya ingin cerita tentang course yang saya ikuti ini, serius menarik. Course ini untuk persiapan kalau mau ambil profesional certificate untuk data engineer di Google Cloud Platform. Tadinya saya kira, ah ini mah cepet cuman 1 course, ternyata di dalam 1 course ini ada 6 courses dan tiap course banyak sekali quiz dan latihannya. Latihannya langsung praktek pakai Qwiklab (lihat video saya yang topiknya Google Cloud Platform). Course ini sebenarnya didesign untuk 2 bulan lebih. Di Course terakhir juga ada ujiannya, dikasih timer dan ujiannya tehnis langsung praktek juga pakai Qwiklab. Intinya kalau teman-teman mau ambil sertifikasi data engineer di GCP course ini worth lah walaupun teman-teman harus bayar misalnya. Dan coba kejar selesaikan kurang dari 1 bulan!

Baiklah, saya mau ngomongin sertifikat, karena biasanya temen-temen indonesia nanya ini. Kalau saya pribadi mah kurang begitu tertarik dengan sertifikatnya yang penting ilmunya. Toh ini kan juga sertifikat belajar ya bukan sertifikat profesional. Tapi course ini emang courses untuk persiapan pengambilan profesional certifikat.

Dari course ini saya dapat 7 sertifikat. Karena 1 course ini ada 6 courses, masing-masing courses setelah selesai ada sertifikatnya. Dan ada 1 sertifikat yg menyatakan sudah menyelesaikan 6 courses.

Silahkan bisa dilihat di tautan ini: https://www.coursera.org/account/accomplishments/professional-cert/X9HECYUG2LPR

Data Engineering with Google Cloud Professional Certificate
Google Cloud Platform Big Data and Machine Learning Fundamentals
Modernizing Data Lakes and Data Warehouses with GCP
Building Batch Data Pipelines on GCP
Building Resilient Streaming Analytics Systems on GCP
Smart Analytics, Machine Learning, and AI on GCP
Preparing for the Google Cloud Professional Data Engineer Exam

Dari 6 courses ini saya belajar lumayan banyak, misalnya:

  • Seperti apa data lake dan data warehouse di Google Cloud Platform (GCP), misalnya kita punya banyak source data, gimana setup pipelinenya, konsep ETL, ELT -> Extract Transform Load atau Extract Load Transform.
  • Bagaimana setup pipeline untuk batch data analytics (misalnya kita sudah punya platform hadoop, spark di local/data center kita, terus mau migrasi ke GCP), gimana running PySpark job di GCP cluster pakai DataProc, setup master dan node workers di GCP dan sebagainya.
  • Bagaimana setup pipeline untuk Streaming data analytics. GCP punya Pub/Sub messaging untuk event stream, kemudian pakai Data flow untuk ETL, dan di analysis pakai BigQuery, klo streamnya cepet banget bisa pakai BigTable.
  • Di course itu juga saya belajar bagaimana machine learning di GCP. Dari yang sudah tinggal auto pakai, karena data dan modelnya sudah disediakan Google, atau mau pakai data sendiri dan training di Google Cloud dengan GUI yang begitu mudah, atau mau pakai yg paling advanced, model bikin sendiri, data sendiri, misal pakai Tensorflow di GCP. Product ML di GCP juga banyak banget dari mulai Vision, Language, Speech, dan etc
  • Saya juga baru tau kalau BigQuery punya fitur BigQuery ML, jadi kayak semacam nulis SQL query aja buat ngetraining dan testing model. Sayangnya fitur ini masih cukup terbatas, saat ini BigQuery ML support:1. Linear regression untuk forcasting 2. Binary/multi-class Logistic regression untuk klasifikasi 3. K-mean clustering 4. Import dari Tensorflow
  • Terakhir ada examnya dan kita dikasih timer untuk meneyelesaikannya, examnya ada teori dan yang seru praktiknya pakai Qwiklab. Jadi ada semacam challenge gitu, kita harus menyelesaikannya!

Info: Saya ada sekitar 20an video ketika mengerjakan experiment pakai Qwiklab yang saya rekam, beberapa sudah saya upload di Youtube saya dan akan rilis seminggu sekali setiap hari Senin pukul 18:45pm waktu Brisbane atau 15:45pm waktu WIB.

Silahkan bisa subsribe di Yotube Channel saya Rischanlab

Semua video praktek dari course ini akan ada di playlist ini:

Oya itu baru dari coursera, masih ada edX dan beberapa portal course online yang berkualitas. Jadi bagi teman-teman di Indonesia ayoo manfaatkan kesempatan ini. Resource itu banyak tinggal kita mau memanfaatkan atau tidak.

Semoga bermanfaat, salam dari pinggir kali Brisbane

Rischan Mafrur

Ketika Anak Masuk Emergency di Australia

by : Khadijah

Malam itu, dengan keringat dingin aku berlari tergopoh-gopoh sambil mendorong Fatiha di stroller menuju loket registrasi bagian Emergency RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). “How can I help you? What is your emergency?”, sapa petugas di balik kaca. “Something stucks in my daughter’s nostril!! (sesuatu tersangkut di lubang hidung anak saya)”, jawab saya panik.

***

Hari Ahad pagi yang cerah, kami sekeluarga pergi mengunjungi Mt Coo-tha Botanical Garden. Sebuah tempat wisata yang berjarak cukup dekat dari tempat tinggal kami, hanya 15 menit driving kami sudah tiba di sana. Tidak kusangka tempat ini tidak hanya menyediakan wisata sekedar garden, namun juga ada bangunan planetarium di kompleks yang sama. Setelah melihat-lihat isinya sebentar, kami baru tahu namanya adalah Sir Thomas Brisbane Planetarium. Namun tujuan utama kami bukan ke planetarium hari itu, kami berencana piknik di dalam Mt Coo-tha Garden.

IMG_5071
Mt Cootha tropical garden

Kami pun melanjutkan perjalanan memasuki garden dan sibuk merekam seluruh pemandangan yang kami lalui di dalam garden dengan kamera kami. Setelah menikmati pemandangan bunga-bunga, Japanese Garden, Tropical Glass House, kami pun beristirahat di salah satu pohon dan menggelar tikar piknik. Kami menikmati bekal yang sudah kusiapkan dari rumah. Selagi kami makan, surprise! Kami mendapat pemandangan gratis dari burung-burung kakatua (caccatoo) berbulu putih dan berjambul kuning cantik yang sedang makan buah-buahan di atas pohon yang kami gunakan untuk berteduh. Suamiku pun berusaha mendekat untuk merekam burung-burung tersebut lebih jelas. Fatiha pun membuntuti bapaknya, melihat pertunjukan gratis itu.

Aku tetap duduk di tempat piknik untuk menjaga bekal kami sambil melihat ke sekitarku. Di bawah pohon ini, memang terdapat banyak buah-buahan jatuh, dan juga biji-bijian yang menjadi pakan unggas tersebut. Makanya tempat piknik kami sejak tadi ramai oleh beberapa unggas yang mendekat seperti kalkun, burung magpie, dan kakatua. Namun hal yang tidak kusadari, ternyata Fatiha memunguti biji-bijian itu dan terus menggenggamnya sampai pulang. Sebenarnya ini hal yang biasa untuk Fatiha yang selalu membawa ranting pohon, batu kerikil, dan daun-daunan setiap kali kami pergi bermain ke taman sehingga aku pun tidak pernah melarang dia melakukan ‘observasi’ pada benda-benda alam.

Hari yang menyenangkan dan juga melelahkan, menjelang sore kami pun segera pulang. Sesampainya di rumah, Fatiha dan bapaknya menonton TV di ruang depan sambil istirahat, sedangkan aku di kamar memakai headset karena ada acara seminar online yang sedang kuikuti sore itu. Tidak lama kemudian, bapak pamit keluar rumah karena ada urusan. Aku pun mengiyakan sambil terus melanjutkan menyimak acara onlineku. Sebentar aku melangkah ke ruang depan untuk menutup pintu dan melihat Fatiha masih menonton TV sambil makan buah blueberry yang berceceran di atas alas makannya. Tapi ada pemandangan yang aneh, kuperhatikan yang berceceran itu tidak hanya blueberry, tapi ada biji-bijian bulat besar yang berwarna hitam tercampur dan Fatiha sedang bermain biji itu dan ditekan-tekan ke lubang hidungnya. Melihat itu, aku pun langsung mencegah tangannya, “Stop it, Fatihaa! Berbahayaa!”, larangku beberapa kali. Akhirnya Fatiha pun melanjutkan memakan blueberry dengan benar. Aku kembali ke kamar untuk melanjutkan acara seminarku.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Fatiha berlari masuk ke kamar sambil menunjuk hidungnya, “Ibuuu… sakiiiiit…..”, lirihnya dengan wajah merasa bersalah. Oh tidak!! Hal ini benar-benar terjadi! Aku pun panik dan segera menghentikan kegiatanku lalu membawa Fatiha ke depan wastafel. “Fatiha coba keluarkan bijinya seperti buang ingus!”, seruku setengah berteriak mencoba memberi arahan. Tapi bukannya mengeluarkan udara, Fatiha malah menghirup udara kencang-kencang dan akhirnya dia mulai menangis kesakitan. Haduuhh…

Aku pun mencari cara lain, aha! Kuambil jarum dari kotak sewing kit, dengan menggunakan senter kucoba menusuk-nusuk biji di dalam hidung Fatiha. Tapi setiap bijinya hampir keluar, Fatiha langsung menarik wajahnya dan mengucek-ngucek hidungnya. Kulihat keluar lendir berwarna ungu keluar dari hidung yang tersumbat. Aku pun menelpon suamiku mengabarkan hal ini, ia menyarankan untuk memandikan Fatiha, barangkali dia ingat cara mengeluarkan ingus ketika mandi karena tenang.

Tapi hasilnya nihil, setelah mandi Fatiha langsung tertidur, terdengar suara dengkuran karena hidungnya yang tersumbat. Malam pun tiba, akhirnya suami pulang juga. Kami pun coba cari cara lain. Aku coba mencari pinset dan menanyakan ke grup Whatsapp ibu-ibu. Mereka pun mengirim banyak foto-foto berbagai jenis pinset yang mereka punya di rumahnya. Namun tidak ada yang cukup kecil untuk masuk ke hidung kecil Fatiha. Beberapa ibu-ibu lain menyarankan untuk memanggil dokter ke rumah atau pergi ke UGD Rumah Sakit. Kami belum berpikir bahwa ini sedarurat itu untuk sampai harus pergi ke RS.

Setelah mencari informasi di internet, ternyata ratusan pasien anak-anak yang hidungnya tersumbat barang-barang kecil tiap tahunnya sudah biasa ditangani oleh UGD RS. Selain itu, metode yang dianjurkan adalah “Mother Kiss”. Tanpa membaca lengkap artikel di internet kami pun langsung sok mengerti bagaimana metode itu. Aku pun mencoba menyedot biji di hidung Fatiha dengan mulut. Tapi Fatiha yang sedang tidur memberontak karena tidak suka hidungnya disentuh. Kami pun putus asa, akhirnya diputuskan kami akan membawa Fatiha malam ini ke UGD RS terdekat, yaitu RBWH.

Kami segera meluncur dengan mobil menuju RBWH. Suami men-drop aku dan Fatiha untuk masuk UGD dulu selagi ia mencari parkiran gratis yang agak jauh. Aku berlari tergopoh-gopoh sambil mendorong Fatiha di stroller menuju loket registrasi bagian Emergency RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). “How can I help you? What is your emergency?”, sapa petugas di balik kaca. “Something stucks in my daughter’s nostril!! (sesuatu tersangkut di lubang hidung anak saya)”, jawab saya panik. Suster kemudian datang untuk mengecek Fatiha, namun Fatiha menangis kencang karena takut dokter dan suster. Maklum ini trauma sejak ia di RS Jakarta untuk pengobatan TBC dulu.

Dokter pun datang dan kebingungan melihat Fatiha yang meraung-raung ingin pulang. Akhirnya dengan bantuan suster lain, Fatiha dibebat dengan selimut RS agar badannya tidak berontak. Dokter memandu kami melakukan metode “Mother Kiss” yang benar, yaitu dengan meniup udara ke mulut Fatiha (seperti CPR), agar Fatiha mengeluarkan udara lewat hidung. Namun keadaan tidak membaik karena Fatiha terus menangis dan berteriak. Dokter pun putus asa dan akhirnya memberikan surat rujukan ke Queensland Children Hospital (QCH).

Pukul 11 malam, kami pun akhirnya pulang dengan hampa. Tidak ada yang berubah keadaannya. Aku sudah lelah setelah seharian ini dan langsung ambil posisi tidur. Fatiha diantar ke toilet sebelum tidur oleh bapak, tiba-tiba Fatiha bersin keras sekali daan…. Surprise!! Bijinya keluar dengan sendirinya. Alhamdulillaah.. semua lega. Entah ingin tertawa atau sedih atas kejadian ini.

-selesai-

 

Ikhwan Cabul itu benar adanya

Akhir april lalu saya dapet info dari salah seorang dosen di group WA kalau ada dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh alumni salah satu kampus islam di Yogyakarta yang sekrang di Melbourne. Pas saya denger itu masih pakai Initial, selang beberapa hari, eh tiba-tiba sudah muncul di beberapa media online dan sudah langsung disebut nama terduga pelaku. Pas saya check di IG ternyata profilnya luar biasa.

Saya kira tadinya mungkin hoax, mungkin ada yang tidak suka dengan ybs dan fitnah kali ya. Ternyata semakin kesini updatenya semakin ngeri. Saya sempat check di twitter dan di IG, beberapa orang share screenshot percakapan terduga dengan korban. Pas saya baca ngeri juga yah! Selanjutnya saya baca rilis dari LBH Yogyakarta ternyata sudah ada puluhan aduan dan ada yang mengarah sampai ke pelecehan seksual secara fisik juga, WoW!

Memang secara kasat mata ini susah diterima, lha gimana lagi, terduga ini adalah alumni Ponpes yang terkenal di Indonesia, udah gitu kabarnya juga hafidh quran, bacaan quran nya bikin hati nyes, juara dan jago bahasa arab dan bahasa inggirs, pernah ikut YSALI di USA, ustad muda, dan mahasiswa berprestasi sebuah kampus Islam di Yogyakarta. Udah gitu sekarang terduga sedang S2 di salah satu kampus terbaik di Australia di Melbourne pakai beasiswa dari pemerintah Australia. Kurang apa coba? Serius, saya sebenarnya tidak percaya sih!

Bagi saya, zero tolerance lah buat perilaku seperti ini! Dan dengan aduan yang sampai 30 kasus, sampai almamaternya di Indonesia mencabut gelar mahasiswa berprestasi, itu kan sudah menjadi bukti awal kalau hal ini memang terjadi. Udah gitu aduannya di LBH udah sampai 30 orang. Dan kemaren saya dapat link dari teman-teman mahasiswa/i Indonesia di Australia untuk tanda tangan petisi yang pada akhirnya muncul petisi di Change.org. Saat ini sudah ada sekitar 3000 tanda tandangan tuntutan untuk mencabut beasiswa terduga yang saat ini sedang S2 di Melbourne.

Ada beberapa catatan yang ingin saya sampaikan di tulisan ini:

  1. Tidak ada toleransi untuk pelaku dan perilaku pelecehan seksual seperti ini. Semoga persoalan ini segera clear dan tidak terulang lagi apalagi dari informasi yang beredar beberapa pelecehan terjadi di kampus dan juga sudah agak lama.
  2. Ketika manusia masih disebut manusia, maka sifat manusia akan tetap melekat padanya. Jadi dia ya butuh makan, tidur, punya hasrat dsb. Oleh karenanya apapun profesinya, mau dia tokoh agama, mau dia pejabat atau apapun, sekali dia masih manusia ya sifat manusianya masih ada. Maka ya jangan gampang kaguman sama orang apalagi di media sosial. Banyak kok hal-hal yang terjadi hanya karena media sosial. Jadi berhati-hatilah dalam bersosmed. Karena kita sebenernya tidak tahu siapa dibalik dari akun sosmed tersebut.
  3. Momen Ramadhan ini juga bisa kita jadikan sebagai pengingat, kalau berdoa untuk diri maupun anak, jangan hanya sebatas memohon menjadikan generasi penerus kita para hafidh tapi harus kita lanjutkan agar generasi kita menjadi orang yang faqih dan berakhlaq mulia. Hafidh itu adalah milestone pertama bukan terakhir.

“Akan keluar manusia dari arah Timur suatu kaum yang rajin membaca al-Qur’an namun tidak melampaui pangkal tenggorokan mereka” (HR Bukhori).

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faqih dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).

Semoga kita dan keluarga kita dilindungi dari akhlaq yang buruk seperti itu dan terhindar dari orang-orang yang mempunyai kelakuan buruk seperti itu. Amin.

===============================================================

Point saya di tulisan ini adalah:

  • Ketinggian ilmu tidak menjamin ketinggian adab, makanya mengapa para ulama terhadulu belajar adabnya lebih lama daripada ilmu
  • Selama dia masih manusia tidak ada jaminan apapun profesi dia, nabi selamat karena maksum terjaga.
  • Jangan gampangan kagum apalagi hanya kenal di sosmed, harus lebih banyak hati-hati
  • Bila kita dianugerahi oleh Allah berupa kemampuan hafalan quran yang baik, bacaan quran yang baik, dipanggil ustad karena paham agama. Seyogyanya kita punya rasa tanggung jawab lebih tinggi. Dan lebih menjaga adab karena Allah sudah memberikan karunia spt itu.
  • Tidak ada generalisir, itu ya oknum, tp saya sebagai orng islam, kenapa saya nulis ini adalah untuk self kritik. Saya gak akan menyalahkan orang di sana mau dia mengaitkan dg posisinya sbg ustad atau sebagai ahli agama. Tapi yang saya tekankan adalah self kritik terhadap diri. Harus lebih baik lagi. Apalagi kalau posisi saya tinggal di Australia yang muslim sebagai minoritas.

Silahkan berita sudah muncul di ABC au https://www.abc.net.au/news/2020-05-09/sexual-harassment-allegations-indonesia-student-australia-awards/12211672

Disitu juga disebutkan, karena YBS juga aktif menjadi pengisi ceramah di beberapa mesjid di sini.

Tentu ini juga mencoreng komunitas muslim Indonesia disini. Paling penting dalam hidup itu autokritik, kadang Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak

Semoga kasus ini segera clear. Cukup susah untuk kasus seperti ini apalagi di Indonesia. Mungkin ini dulu ya, salam dari Brisbane.

Rischan Mafrur

91 Juta Data Pengguna Tokopedia Dijual Seharga US$ 7.000

Pagi ini saya cukup kaget ketika lihat twitter, salah satu trendingnya adalah tokopedia. Pas saya lihat ternyata ada screenshot seorang pembobol jual data tokopedia di DarkNet. Saya kira wah paling ini hoax lah. Ternyata dia juga jual di Empire Market terganggal 3 Mei. Penjualnya bilang dia jual 91 juta data pengguna tokopedia. Pas saya check di internet ternyata tokopedia memang punya pengguna sekitar itu.

Tokopedia user data leaked

Kalau dari email penjual sih dot JP apakah bisa dipastikan pembobol dari jepang? ya belum tentu. Mungkin hanya untuk mengelabuhi.

Saya coba scroll twitter dan ternyata sudah ada yang mencoba membeli datanya yang versi 15 juta data pengguna dan mencoba beberapa emailnya dan ternyata benar!

Kalau dari info yang beredar datanya adalah PostgreSQL database dump, kalau tidak salah PosgreSQl pakai SHA2-384 hashing function. Jadi sptnya cukup susah untuk membuka passwordnya lah. Cuman klo password yang dipakai cukup gampang biasanya hash nya sudah sering beredar di Internet.

Yang sangat disayangkan adalah personal data ternyata disimpan dalam plain text. Jadi data nama, alamat, nomor HP, email, dan info-info penting lainnya disimpan dalam format text jadi langsung bisa terlihat.

Contoh datanya seperti ini

Dari hal ini ada beberapa issue yang perlu kita perhatikan

  1. Personal data, itu lengkap lho sampe alamat, no telp, nama lengkap dkk. Ini bisa dijual ke spammers misalnya. Jadi siap-siap saja para pengguna tokopedia besok bakal sering dapat email spam dan SMS/telp spam.
  2. Kalau ada Credit card info lebih horor lagi karena dengan bermodal personal data dan nomer CC udah bisa buat belanja lho. Beberapa CCV generator juga tersedia di Internet, jadi cukup tau nomor CC dan personal data, orang jahat bisa dengan mudah menggunakannya untuk belanja online.
  3. Email dan password, password pasti biasanya di hash, tapi tergantung kuat apa tidak, misal lemah dan bisa di crack ya sudah deh kelar. Apalagi kalau hobby kita adalah menggunakan password dan email yang sama untuk banyak akun. Ya panen tuh attackernya.

Terus sebagai pengguna tokopedia apa yang harus kita lakukan?

  1. Kalau password yang kita pakai di tokopedia sama dengan password-password lain yang kita pakai di akun sosmed, atau akun lainnya, segera ganti password itu, tidak hanya yang di tokopedia tapi juga yang di akun-akun lainnya.
  2. Bersiap-siap mungkin kedepan akan menerima banyak email spam atau SMS/telp spam/scam. Jadi lebih berhati-hati.
  3. Scam ini harus diwaspadai, kedepan bisa jadi pengguna tokopedia akan sering menerima email/SMS palsu yang seakan-akan dari tokopedia misalnya. Jadi harus lebih ekstra hati-hati.
  4. Mulai sekarang harus lebih aware dengan personal data, jangan sembarang masukin personal data lengkap ke platform apapun.
  5. Ketika mau memasukkan personal data kita ke sebuah platform online, kita harus tahu betul bagaimana mereka mengelola data kita. Apakah data disimpan di encrypt atau tidak, di simpannya bagaimana, dimana, apakah ada jaminan keamanan dan sebagainya.

Semoga bermanfaat

Kursus gratis ditengah Pandemi Covid19 dari Coursera

Siapa sih yang tidak tahu coursera, banyak courses disana yang gratis maupun yang berbayar cukup mahal. Dan yang pasti kalau persoalan kualitas jangan ditanya lagi karena institusi/univeritas yang ngasih course adalah universitas/institusi top. Di masa Pandemi Covid19 ini coursera menawarkan beberapa courses yang tadinya berbayar menjadi gratis, udah gitu bisa dapat sertifikat.

Saya malah prihatin dengan apa yang terjadi di Indonesia, lha masa lagi wabah begini malah ada yang mau ambil keuntungan, misal malah dapat proyek dari kartu prakerja padahal kualitas materi pelatihan onlinenya begitu. Lebih baik kasih aja free internet selama PSBB kan enak, biar rakyat bebas memilih mau ikut pelatihan online dimanapun.

Ini adalah 3 sertifikat saya dari 3 courses yang saya ambil di coursera:

Certificate dari Google Cloud
Certificate dari LearnQuest, saya belajar Azure di course ini
Certificate dari AWS

Tiga courses yang saya ikuti ini tadinya berbayar tapi selama wabah corona ini jadi gratis dan dapat sertifikat. Ketika membuka halaman course, langsung pilih enroll, dan disitu nanti tertera biaya untuk mengambil course ini, klik saja proses nanti akan diarahkan ke halaman bahwa course ini sudah terbayar.

Untuk mengakses 3 courses yang saya ambil ini linknya tercantum berikut:

Dari tiga courses ini yang paling lumayan menurut saya yang dari Google Cloud. Jadi quiznya gak cuman pilihan ganda tapi harus langsung nyoba dan dikasih user dan password sementara serta timer untuk ngefollow guide nya. Di Google Cloud ada 3 Qwiklabs: Bikin chatbot, Training ML buat deteksi jenis Awan, Nyobain BigQuery ML buat prediksi pembelian, lumayan asik.

Untuk courses lain yang ditawarkan gratis selama pandemi covid19 bisa dibuka ditautan ini:

https://blog.coursera.org/coursera-together-free-online-learning-during-covid-19/

Semoga bermanfaat, selamat mencoba

Pengalaman Hamil di Brisbane

Waktu menunjukkan pukul 11 malam ketika aku masih menyelesaikan cucian piringku. Tiba-tiba aku merasa pusing dan sesak nafas, belum selesai apa yang kukerjakan, aku segera merebahkan diri ke kasur. Suami yang melihatku jadi heran, “Ibu kenapa? Anemianya kambuh ya?”, tanyanya. Hmm.. tidak biasanya aku sepusing ini hanya karena berdiri lama untuk mencuci piring. Aku ingat mengalami perasaan ini ketika dulu hamil anak pertama kami, Fatiha. Aku dan suami mendadak saling pandang penuh arti, “Jangan jangan……”, pikiran kami sama.

Esoknya, aku mencoba menggunakan test pack dan… surprise! Aku positif hamil! Di bulan ketiga kedatanganku ke Brisbane, ternyata Allah sudah memberiku amanah baru, yaitu janin di dalam rahimku, calon adiknya Fatiha. Hal yang membuat kami cukup kaget karena kami tidak menyangka kehadirannya begitu awal. Segera kami membuat appointment untuk bertemu dengan GP (General Practitioner) atau dokter umum di klinik kampus untuk konsultasi kehamilan.

Di pertemuan pertama, saya pikir GP akan melakukan USG pada saya untuk melihat keberadaan kantung kehamilan dalam rahim seperti yang dilakukan oleh dokter spesialis kandungan atau SpOG di Indonesia. Namun ternyata cukup berbeda. GP maupun dokter spesialis di sini tidak berwenang untuk melakukan USG. Hal yang dilakukan pertama kali bersama GP adalah mengecek usia kehamilan berdasarkan kalender menstruasi, tes darah, dan tes urine. Hasil tes lab tersebut langsung diintegrasi secara online ke public hospital terdekat yang menerima OSHC (Overseas Student Health Cover) atau asuransi kesehatan mahasiswa, yaitu RBWH (Royal Brisbane Women Hospital). Asuransi OSHC ini sudah meng-cover seluruh biaya konsultasi dengan GP di klinik, tes-tes lab, hingga konsultasi dengan midwife (bidan) dan dokter spesialis di RS. Namun tidak meng-cover suplemen atau vitamin selama kehamilan.

Beberapa hari kemudian, hasil tes lab darah pun keluar dan menunjukkan bahwa saya mengalami defisiensi zat besi dan vitamin D. Hal inilah yang membuat saya sering merasa pusing dan mengantuk berat selama trimester pertama. Tapi yang kami heran adalah ternyata saya kekurangan vitamin D, artinya saya kurang banyak terpapar sinar matahari! Kabar baiknya, ternyata UQ Aquatic Center, kolam renang milik kampus suami memiliki program khusus ibu hamil untuk gratis berenang tiga kali sepekan selama 14 bulan! Surprisenya lagi adalah mereka menyediakan kursus renang untuk bayi usia 4 bulan nanti pasca melahirkan. Bahkan, untuk menjadi member program yang bernama “Bubble Club” ini semua gratis, padahal jika tidak hamil, untuk masuk kolam renang UQ satu kali saja bagi non-student, harga tiketnya sekitar $8. Akhirnya, dalam rangka meningkatkan vitamin D, saya pun rajin renang ke kampus setidaknya 1-2 kali sepekan bersama Fatiha yang masih bebas tiket karena usianya di bawah 3 tahun.

WhatsApp Image 2020-04-13 at 10.10.46 AM
Ibu dan Fatiha sedang berenang di UQ Aquatic Center  

Memasuki usia kehamilan 13 minggu, saatnya jadwal pertama untuk USG. Di sini, USG hanya dilakukan sebanyak dua kali selama masa kehamilan dan dilakukan oleh ultrasonographer di sebuah lembaga scan terdekat, saya melakukannya di Qscan Toowong. USG yang pertama ini bernama Nuchal Translucency yang berfungsi untuk mengukur ketebalan lipatan nuchal di belakang leher bayi yang menjadi indikator ada atau tidaknya kelainan kromosom atau kecacatan.

Sedangkan USG yang kedua bernama Morphology Test di bulan ke-5 untuk melihat seluruh organ tubuh bayi dan jenis kelamin. Scan ini cukup menjadi pengalaman unik bagi saya, di SMS, mereka meminta saya untuk minum air setidaknya 1 liter 1 jam sebelum scan dilakukan dan menahan pipis. Namun karena saya tidak hafal apakah saya sudah minum sebanyak 1 liter atau belum, saya terus saja minum air sebanyak-banyaknya yang membuat saya sangat kebelet pipis sesampai di ruang scan. Singkat cerita, there’s another surprise! Calon adiknya Fatiha adalah laki-laki, lengkaplah menjadi sepasang anak kami. Alhamdulillah.

Setelah scan kedua, kami dijadwalkan ke RS untuk bertemu midwife. Pertemuan pertama ini, kami diwawancara oleh satu midwife dan asistennya untuk mengisi data dan riwayat kesehatan. Selanjutnya, mereka meminta suami untuk keluar ruangan dan saya diminta mengerjakan beberapa soal terkait kondisi kesehatan mental diri dan keluarga. Ya, mereka sangat peduli dengan kesiapan mental calon ibu, apakah ibu bahagia atau merasa stress dengan kehamilannya, bagaimana sikap partner terhadap ibu, kemudian siapakah yang nantinya akan membantu mengurus bayi pasca persalinan, dsb. Pekan depannya, masih di RS yang sama, kami dijadwalkan untuk bertemu dokter spesialis kandungan untuk mendiskusikan beberapa isu terkait kondisi kehamilan dan riwayat kesehatan. Selain konsultasi, dokter juga mengecek detak jantung janin dan tensi. Di RS ini juga, saya diminta untuk tes urin dan hasil tes mengatakan bahwa urin saya mengandung leukosit dan akan ditindaklanjuti oleh GP di klinik UQ.

Masih di bulan ke-5, GP yang menangani saya meminta kembali tes urin, darah, dan Glucose Tolerance Test (GTT). Tes ini sebetulnya juga dulu ketika hamil Fatiha, tersedia di Puskesmas Indonesia, namun karena ketika tes darah gula saya normal, mereka tidak menyarankan melakukannya. GTT ini tes yang cukup menyiksa, karena sejak malam saya diminta berpuasa makan dan minum, kemudian pukul 9 pagi, petugas lab meminta saya meminum langsung sebotol sirup manis rasa lemon. Rasanya perut kosong dan tiba-tiba diisi air yang manis asam ini ternyata membuat saya pusing dan mual, apalagi setelah meminum sirup tadi saya diminta menunggu selama 1 jam untuk diambil darah dan tetap berpuasa. Kemudian diminta menunggu 1 jam lagi tapi boleh minum air putih. Darah yang diambil pun cukup banyak dibanding perkiraan saya, 1 tube! Saya kira saya akan dites glukosa darah hanya di ujung jari saja.

Memasuki akhir trimester kedua, kami mulai mencari perlengkapan bayi. Alhamdulillah, selama di Brisbane ini jarang kami harus membeli barang karena adanya giveaway dari teman-teman Indonesia. Carseat, box bayi, stroller bayi, clodi, tas bayi, hingga peralatan MPASI semua dapat gratis dari teman yang back for good (pulang karena telah selesai studi) ke Indonesia. Ini hal yang tidak dialami ketika hamil Fatiha dulu di Indonesia, dulu jika perlu peralatan yang agak besar seperti booster seat atau high chair, saya harus menyewanya bulanan jika tidak ingin membeli.

Beberapa hal yang membedakan dengan pengalaman hamil di Indonesia, semua dokter yang saya temui di sini tidak ada yang percaya bahwa minus mata yang tinggi berarti harus melahirkan dengan operasi caesarean. Mereka juga mempersilahkan ibu hamil untuk makan apa saja dan tidak ada pantangan, misal seperti durian, soda, mie instan, nanas, dsb. Ohya, terakhir di sini tidak ada susu ibu hamil seperti yang banyak diiklankan di Indonesia ya.. he he..

(selesai)

ditulis oleh Khadijah Hasim

Sekolah anak di Australia

Karena tahun ini anak kami sudah umur 3 tahun, jadi anak kami sudah eligible untuk masuk Kindy sebelah rumah. Lokasinya sangat dekat dengan rumah, jadi cukup jalan kaki.

Hari ini hari pertama anak kami Fatiha masuk kindy, ibunya tadi pagi pusing karena nyiapin bekel. Soalnya bekelnya ada aturannya hehe

Bekal fatiha sekolah – morning tea + lunch + snack pack

Ini nih foto fatiha sebelum masuk ruangan tadi

Hari pertama Fatiha Sekolah

Pertanyaan yang muncul biasanya, terus itu sekolahnya bayar? hehee Oke jadi begini. Biar postingan ini ada faedahnya, jadi saya harus nyertain info penting lah

  1. Bagi student yang punya anak, jenis beasiswa yang didapat akan mempengaruhi bagaimana anak kita nanti sekolah. Perhatikan baik-baik.
  2. Jika anda mendapatkan beasiswa dari Australia baik itu ADS/Endovour/IPRS atau apapun itu. Udah lah santai, urusan anak sekolah semuanya enak.
  3. Bagi yang mendapatkan beasiswa dari Australia dan punya anak usia <5 tahun. Bisa langsung join ke childcare saja. Biayanya per hari 100 AUD. Muahal kan? tapi karena dapat beasiswa dari Australia jadinya dapet diskon 80% hehe. Enaknya childcare itu tiap hari.
  4. Bagi yang mendapatkan beasiswa dari Australia dan punya anak usia >5 tahun. Udah deh beres smua, dari mulai Prep 5 tahun, SD, SMP, SMA. Semuanya FREEE!!!

Terus pertanyaannya, bagaimana dengan kami yang dapat beasiswa BUKAN dari Australia? misalnya LPDP seperti saya?

  1. Jika anda PhD student atau master by research (MPhil) dan anak anda usia >5 tahun. Ya udah free semua!
  2. Jika anda master student (master by courses), sekolah anak harus bayar, berapapun usia anak.
  3. Kasus saya, saya PhD student tapi umur anak saya <5 tahun. Jadi gak bisa masuk prep kan? Solusinya adalah childcare hahaa. Biayanya ya tadi 100 AUD per hari dan TIDAK ADA DISKON!
  4. Karena saya tidak bisa ambil opsi 3, terlalu mahal. Ada opsi lain, yakni di Kindy! Seperti anak saya sekarang. Sekolahnya sebulan cuman 10 kali, hari kamis jumat dan minggu ke dua rabu, kamis, jumat. Biayanya per hari 35 AUD. Masih lumayan terjangkau lah 🙂
  5. Sekolahnya mulai 8:30 sampai 14:30.

Udah ya, sampai ketemu lagi ditulisan lainnya..

=============================

Bagi yg tertarik dengan tulisan saya mengenai

  1. Study di Australia [Silahkan akses ke halaman ini]
  2. Traveling alias jalan2 di Australia termasuk tempat-tempat yg harus dikunjungi [Silahkan akses ke halaman ini]
  3. Vlog tentang Kuliah/Beasiswa di Australia dan di Korea, ttg jalan-jalan kami baik di Australia dan Korea [Silahkan akses ke channel Youtube kami: Alkwangju]

Dua halaman diatas adalah kumpulan tulisan-tulisan saya ttg study dan traveling di Australia. Semoga bermanfaat!